Kamis, 19 Desember 2013

REVIEW JURNAL "PRODUKSI GAS HIDROGEN SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DENGAN SISTEM ELEKTROLISIS DAN TERMOKIMIA"

PRODUKSI GAS HIDROGEN SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DENGAN SISTEM ELEKTROLSIS DAN TERMOKIMIA: REVIEW

Henggar Wahyu Siswanti
1112096000038
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak
Hidrogen diperkirakan akan menjadi pemasok energi utama untuk pembangkit listrik sebagai sel bahan bakar, sebagai bahan bakar mesin kendaraan, dan untuk penggunaan-penggunaan lainnya di abad ke-21 karena ramah lingkungan dan kemudahannya dikonversi menjadi energi. Hidrogen adalah salah satu energi alternatif yang ramah lingkungan untuk menggantikan bahan bakar fosil tetapi produksi hidrogen sendiri dewasa ini masih menggunakan bahan bakar tersebut sebagai bahan baku dan sumber energi pemrosesan. Sebagai pengganti bahan bakar fosil digunakan air sebagai bahan baku utama dalam produksi hidrogen. Pembuatan hidrogen dapat dilakukan melalui proses elektrolisis atau pun termokimia. Produksi hidrogen dengan proses termokimia menggunakan siklus iodium-sulfur, menghasilkan efisiensi gas hidrogen lebih besar dibandingkan dengan proses elektrolisis.
Kata Kunci: Hidrogen, Termokimia, Elektrolisis, Sel Bahan Bakar

Abstract
Hydrogen expected to be a major energy supplier for electricity generation as fuel cells, it can be use for fuel engine vehicles, and for other uses in the 21st century because it is friendly environment and can be converted into energy easily. Hydrogen is one of the alternative energy that can replace fossil fuels, but production of hydrogen itself today still use the fuel as a source of raw materials and energy processing. As a substitute for fossil fuels, water can be used as the main raw material in the production of hydrogen. Manufacture of hydrogen can be done through electrolysis or thermochemical processes. Hydrogen production by thermochemical process by using iodine-sulfur cycle, producing hydrogen gas efficiency is greater than the electrolysis process.
Keyword: Hydrogen, Thermochemical, Electrolysis, Fuel Cell



I.     PENDAHULUAN
Kebutuhan terhadap energi telah beralih dari kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan primer dan selama ini pemasok energi utama bersumber dari energi fosil. Pada tahun 2030 juga diprediksikan kebutuhan akan minyak bumi, batu bara, dan gas alam sebagai sumber energi akan meningkat sekitar 24%, 54%, dan 42% dibandingkan tahun 2007. Peningkatan kebutuhan akan energi ini secara langsung akan mengakibatkan semakin meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Walaupun sumber energi yang tersedia bisa mencukupi kebutuhan seperti yang disebutkan di atas, masalah lingkungan menjadi kendala tersendiri dalam pengembangan energi untuk masa yang akan datang. Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan akan mengakibatkan banyaknya emisi gas buang ke lingkungan yang akan memperparah pemanasan global. Oleh karena itu, diperlukan suatu perubahan untuk memodifikasi bahan-bahan di luar bahan fosil untuk dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Salah satu bentuk energi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang terjadi adalah gas hidrogen.
Hidrogen adalah salah satu sumber energi sekunder yang bersih dan bisa diproduksi dari berbagai macam bahan baku. Pengembangan fuel cell (sel bahan bakar) yang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar telah menarik perhatian akhir-akhir ini sebagai energi yang ramah lingkungan. Hidrogen adalah unsur yang paling sederhana dan paling umum yang ada di bumi. Hidrogen merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, yang mempunyai kandungan energi per unit massa terbesar dibanding bahan bakar yang lain. Hidrogen merupakan unsur yang biasanya terikat dengan unsur lain dalam suatu senyawa seperti air (hidrogen berikatan dengan oksigen), gas metana (hidrogen berikatan dengan karbon), dan senyawa organik yang lain. Dengan demikian, teknologi untuk memproduksi hidrogen bisa bervariasi, tergantung dari bahan baku yang ada. Sebanyak 95% dari total produksi hidrogen saat ini menggunakan bahan bakar fosil berupa natural gas reforming, catalytic decomposition of natural gas, oksidasi parsial minyak bumi, gasifikasi batubara, dan steam coal-iron gasification.
Gas hidrogen tidak dapat ditambang melainkan harus diproduksi. Di tahun 2008, muncul konsep pembuatan blue energy yang menggunakan konsep pembuatan bahan bakar cair dari gas hidrogen dan senyawa karbon (C, CO2, dll.). Gas hidrogen yang diperlukan diperoleh dari elektrolisis air menggunakan listrik yang dibangkitkan dari sumber energi terbarukan atau dari energi nuklir, dan senyawa karbonnya diambil dari udara, gas buang industri, dll. Konsep tersebut saat ini masih relatif sulit untuk dilaksanakan dan belum layak secara ekonomi. Selain itu, menurut tinjauan termodinamis, sistem ini secara neto tidak menghasilkan energi, tetapi memerlukan energi. Jadi, diperlukan energi dari sumber lain. Dengan perkataan lain, sistem ini hanya memproduksi energi carrier (pembawa energi) yang lebih fleksibel untuk digunakan. Air tidak dapat dibakar, kecuali air tersebut diuraikan menjadi hidrogen dan oksigen, atau uap air pada suhu dan tekanan tinggi direaksikan dengan bahan yang mengandung karbon untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida. Hidrogen yang diperolehnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Hidrogen dapat digunakan baik langsung sebagai bahan bakar untuk mesin (termasuk kendaraan bermotor dan mobil) maupun sebagai bahan bakar untuk fuel cell (sel bahan bakar) penghasil listrik. Sel bahan bakar adalah alat yang bekerja secara elektrokimia, menggunakan hidrogen dan oksigen untuk menghasilkan listrik, air dan sejumlah panas, sehingga sama sekali tidak dihasilkan zat pencemar lingkungan. Hidrogen diperkirakan akan menjadi pemasok energi utama untuk pembangkitan listrik dengan sel bahan bakar, sebagai bahan bakar mesin kendaraan, dan untuk penggunaan-penggunaan lainnya di abad ke-21 karena ramah lingkungan dan kemudahannya dikonversi menjadi energi (Iwasaki dkk., 2006). Kendaraan dengan teknologi sel bahan bakar hidrogen mempunyai efisiensi 3 (tiga) kali lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan bermesin menggunakan bahan bakar bensin.
Proses pembuatan gas hidrogen dapat dilakukan dengan cara elektrolisis dan termokimia. Untuk keperluan komersial, hidrogen harus dibuat dari zat-zat yang mengandung atom hidrogen dalam struktur molekulnya, seperti bahan bakar fosil, biomassa, alkohol, atau air. Semua metode pembuatan hidrogen memerlukan energi yang berupa listrik, panas, atau cahaya. Elektrolisis air adalah penguraian air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2) dengan cara pengaliran arus listrik melalui katoda dan anoda yang tercelup di dalam air. Hidrogen akan muncul di katoda, yaitu elektroda yang terhubung ke arus negatif, dan oksigen di anoda, yaitu elektroda yang terhubung ke arus positip. Jumlah gas hidrogen yang diperoleh sebanyak 2 kali gas oksigennya, dan jumlah keduanya proporsional dengan energi listrik yang digunakan. Elektrolisis air murni berlangsung sangat lambat. Kecepatan elektrolisis air menjadi hidrogen dan oksigen dapat ditingkatkan secara nyata dengan penambahan zat-zat elektrolit yang berupa garam, asam, atau basa. Garam natrium dan lithium sering digunakan dalam proses elektrolisis air karena harganya relatif murah dan mudah larut dalam air. Asam yang biasa digunakan sebagai elektrolit adalah asam kuat misalnya H2SO4, sedangkan basanya adalah basa kuat seperti KOH dan NaOH. Cara lain untuk memproduksi hidrogen dari air dapat dilakukan dengan menguraikan air langsung menggunakan panas pada suhu sekitar 4.000 K (3.727°C). Suhu penguraian air dengan panas dapat diminimalkan dengan proses termokimia, yaitu proses penguraian air dengan panas menggunakan bantuan zat kimia. Dalam proses ini, bahan baku yang diperlukan secara kontinyu hanyalah air, karena bahan kimia yang digunakan dalam reaksi didaur ulang ke dalam proses.

II.  PEMBAHASAN
Dalam penelitian yang dilakukan, digunakan air sebagai sumber bahan baku untuk memproduksi hidrogen. Pembahasan mencakup proses pembuatan gas hidrogen dengan metode elektrolisis air dan termokimia. Pada proses elektrolisis didasarkan atas penguraian zat elektrolit oleh arus listrik searah yang akan mengalami perubahan-perubahan kimia. Proses elektrolisis ini dilakukan dengan menggunakan reaktor elektrolisis, elektroda (katoda dan anoda), dan larutan elektrolit. Reaktor merupakan tempat larutan elektrolit, sekaligus tempat berlangsungnya proses elektrolisis untuk menghasilkan gas hidrogen (H2). Pengukuran gas dilakukan dengan melihat angka volume pada reaktor setiap 10 menit selama 180 menit. Elektroda berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari adaptor menuju larutan elektrolit, sehingga terjadi proses elektrolisis. Larutan elektrolit terbuat dari kristal NaCl dilarutkan dengan aquadest.Perubahan kimia yang terjadi selama elektrolisis dapat dilihat sekitar elektroda. Elektroda adalah suatu sistem dua fase yang terdiri dari sebuah penghantar elektrolit (misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik (larutan). Dalam percobaan, elektroda yang digunakan adalah platina sebagai anoda dan stainless steel sebagai katoda. Elektrolit yang digunakan adalah NaCl. Pada pelarutan NaCl dalam air, akan terjadi proses elektrolisis pada larutan berdasarkan reaksi berikut:
2NaCl(aq) + 2H2O(l) 2Na+ + 2OH- (aq) + H2 (g) + Cl2 (g)
Pada proses elektrolisis, elektroda dialiri arus listrik (DC) sehingga senyawa pada elektrolit terurai membentuk ion-ion dan terjadi proses reduksi oksidasi sehingga menghasilkan gas. Proses elektrolisis diperlukan arus listrik yang tinggi agar proses reaksi kimia menjadi efektif dan efisien. Apabila kedua kutub elektroda (katoda dan anoda) diberi arus listrik, elektroda tersebut akan saling berhubungan karena adanya larutan elektrolit sebagai penghantar listrik menyebabkan elektroda timbul gelembung gas. Proses elektrolisis dinyatakan bahwa atom oksigen membentuk sebuah ion bermuatan negatif(OH-) dan atom hidrogen membentuk sebuah ion bermuatan positif (H+). Pada kutub positif menyebabkan ion H+ tertarik ke kutub katoda yang bermuatan negatif sehingga ion H+ menyatu pada katoda. Atom-atom hidrogen akan membentuk gas hidrogen dalam bentuk gelembung gas pada katoda yang melayang ke atas. Hal serupa terjadi pada ion OH- yang menyatu pada anoda kemudian membentuk gas oksigen dalam bentuk gelembung gas.
Percobaan elektrolisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan variasi tegangan sebesar 2,1 volt, 6 volt dan 12 volt. Variasi tegangan pada proses elektrolisis berpengaruh pada kemampuan proses elektrolisis dalam produksi gas hidrogen. Berdasarkan ketiga variasi tegangan yang digunakan produksi gas hidrogen terbesar terjadi pada tegangan 12V yaitu sebanyak 98 mL, produksi gas hidrogen lebih kecil terjadi pada tegangan 6V dan produksi gas hidrogen terkecil terjadi pada tegangan 2,1V. Suplai tegangan yang semakin besar akan mempercepat terjadinya reaksi penguraian larutan sampel NaCl. Reaksi penguraian yang semakin cepat akan semakin besar pembentukan gas hidrogen pada katoda.
Percobaan pembuatan hidrogen lainnya adalah dengan menggunakan proses termokimia. Kombinasi dari beberapa reaksi kimia eksoterm dan endoterm membentuk suatu proses  termokimia tertentu yang dapat menurunkan temperatur proses penguraian air menjadi hidrogen dan oksigen. Pemecahan air secara langsung membutuhkan temperatur proses 5000oC, sedangkan dengan proses termokimia pemecahan air dapat berlangsung pada temperatur maksimum 850oC. Dalam proses ini, bahan baku yang diperlukan secara kontinyu hanyalah air, karena bahan kimia yang digunakan dalam reaksi didaur ulang ke dalam proses. Analisis yang digunakan adalah dengan siklus iodium-sulfur. Dari banyak jenis proses termokimia untuk memproduksi hidrogen, proses iodine-sulfur (proses IS) merupakan proses yang menjanjikan (Kasahara dkk., 2006). Proses ini terdiri atas 3 (tiga) reaksi, yaitu:
1.    Reaksi Bunsen: I2 + SO2 + H2O 2 HI + H2SO4, reaksi ini berlangsung pada suhu 130°C
2.    Reaksi dekomposisi H2SO4 menjadi H2O, SO2, dan O2: H2SO4 H2O + SO2 + ½ O2
3.    Reaksi dekomposisi HI menjadi H2 dan I2: 2 HI H2 + I2
SO2 yang diperoleh dari reaksi 2 dan I2 yang diperoleh dari reaksi 3 didaur ulang ke reaksi Bunsen. Jadi dalam siklus ini, air diuraikan menjadi H2 dan O2.
Proses produksi hidrogen dengan metode siklus iodium-sulfur dapat menjanjikan peningkatan efisiensi termal hingga sekitar 75%. Lebih menguntungkan lagi, apabila proses produksi hidrogen ini digunakan energi termal dari reaktor nuklir, karena proses termokimia tersebut dapat meningkatkan efisiensi termal reaktor nuklir sampai sekitar 85%. Selain itu metode produksi hidrogen secara termokimia adalah bersih dan ramah lingkungan. Sedangkan, dengan elektrolisis memiliki efisiensi sebesar 25%-35%. Efisien yang rendah ini disebabkan oleh penggunaan energi listrik yang besar. Selain itu, pada proses elektrolisis biaya produksi yang diperlukan cukup mahal, akibat penggunaan energi listrik yang diperlukan dalam jumlah yang besar, dan diperlukan tegangan yang besar untuk dapat memperoleh hidrogen dalam jumlah yang banyak.

III.   KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang diamati dari berbagai percobaan mengenai produksi hidrogen menggunakan bahan baku air dengan proses elektrolisis air dan termokimia dengan analisis iodium-sulfur disimpulkan bahwa proses termokimia dengan sistem siklus iodium-sulfur lebih efisien dibandingkan dengan proses elektrolisis. Pada proses termokimia, efisiensi gas hidrogen yang diperoleh adalah 75%-85% sedangkan pada proses elektrolisis, efisiensi hidrogen yang didapatkan lebih rendah, yakni sebesar 25%-35%.

DAFTAR PUSTAKA
Andewi, N.M. Ayu Yasmitha dan Wahyono Hadi. Produksi Gas Hidrogen Melalui Proses Elektrolisis Air Sebagai Sumber Energi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November
Mulyono, Panut. 2009. Prospek dan Potensi Hidrogen Sebagai Energi Terbarukan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Pandiangan, Tumpal. 2006. Kajian Konsep Siklus Sulphur- Iodium Untuk Produksi Hidrogen Secara Termokimia. Jakarta: Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN
Salimy, D.H. 2008. Analisis Termodinamika Proses Termokimia Produksi Hidrogen Siklus Iodine-Sulfur Dengan Panas Nuklir Suhu Tinggi. Jakarta: Pusat Pengembangan Energi Nuklir, BATAN

0 komentar:

Posting Komentar