PENGGUNAAN
ALUMINIUM FOIL UNTUK PRODUKSI GAS HIDROGEN DAN PENJERNIHAN AIR
Kelompok 4
Henggar
Wahyu S. (1112096000038), Indri Rachmawati (11120960000), Naufal Najmudin
(11120960000), Nurdini Awaliyah (11120960000)
Jurusan
Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstrak
Krisis
energi yang semakin terasa dewasa ini memicu pengembangan sumber energi
alternatif terbarukan (renewable) untuk mensubstitusi penggunaan minyak bumi
yang selama ini menjadi sumber energi utama bagi masyarakat. Penelitian ini
mengkaji tentang pembuatan fuelcell dan penjernihan air sederhana. Gas hidrogen dapat dijadikan sebagai sumber
pembangkit listrik dan gas hidrogen tersebut dapat dihasilkan dari reaksi
antara larutan NaOH dengan aluminium foil, dari limbah gas hidrogen mampu
menjernihan air dengan mereaksikan kembali limbahnya dengan H2SO4.
Hasil yang diperoleh diharapkan dapat diaplikasikan dalam masyarakat untuk
kesejahteraan sosial.
Kata
kunci: Energi, fuel cell, hidrogen
Abstract
The
crisis of energy today is bringing the development of alternative renewable
energy sources to substitute the use of petroleum which has been the main
source of energy for the society. This study examines the making of fuel cell
and simple water purification. Hydrogen can be used as a source of power
generation and it can be produced from the reaction of NaOH solution with
aluminum foil. From the waste of hydrogen production, it is able to purify
waste water by reacting it with H2SO4. The results are
expected to be applied in the community for social welfare.
Keyword:
Energy, fuel cell, hydrogen
I. Pendahuluan
Seiring
Permasalahan kebutuhan energi di Indonesia merupakan masalah yang serius dalam
kehidupan manusia. Energi merupakan
komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung
terhadap ketersediaan energi. Kebutuhan energi
nasional masih dipenuhi minyak bumi sekitar 53%. Cadangan minyak bumi di
Indonesia diprediksi tersisa sekitar 3,9
miliar barel. Cadangan tersebut diperkirakan akan habis dalam 11 tahun ke
depan. Penyebab masalah tersebut
dikarenakan minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, sehingga untuk mendapatkan kembali memerlukan waktu ratusan juta
tahun lamanya. Terbentuknya minyak bumi
sangat lambat, oleh karena itu diperlukan penelitian untuk menghasilkan sumber energi alternatif. Hasil penelitian
tersebut diharapkan mampu mengatasi beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan minyak bumi. Salah satu
bentuk energi alternatif untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi adalah gas hidrogen.
Gas hidrogen tidak dapat ditambang melainkan harus diproduksi.
Alternatif tersebut dapat dilakukan
dengan melakukan proses elektrolisis menggunakan air khususnya air laut. Air
merupakan sumber daya alam yang sangat
penting bagi kehidupan. Air memiliki jumlah yang sangat melimpah khususnya air asin di laut sekitar 1.337 juta
km3 (Kodoatie, 2010).
Aluminium
adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak. Aluminum, Al, merupakan
anggota golongan 13, berada sebagai aluminosilikat di kerak bumi dan lebih
melimpah daripada besi. Mineral aluminum
yang paling penting dalam metalurgi adalah bauksit, AlOx (OH)3-2x (0 < x
<1). Sifat aluminum dikenal dengan baik dan aluminum banyak digunakan dalam
keseharian, misalnya untuk koin, panci, kusen pintu, dsb. Logam aluminum
digunakan dengan kemurnian lebih dari 99%, dan logam atau paduannya (misalnya
duralium) banyak digunakan.
Aluminium
adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga
terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi
sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi,
dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit
dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan lain-lain)
(USGS). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena aluminium merupakan
logam yang cukup reaktif.
Aluminium
tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah pembentukan
lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan
tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi. Aluminium murni adalah
logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa dengan penampilan luar
bervariasi antara keperakan hingga abu-abu, tergantung kekasaran permukaannya.
Kekuatan tensil aluminium murni adalah 90 MPa, sedangkan aluminium paduan
memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600 MPa. Aluminium memiliki berat sekitar
satu pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik
(drawing), dan diekstrusi.
Lingkungan
hidup adalah semua benda yang hidup (biotik) dan yang tidak hidup (abiotik)
serta kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati. Antara manusia dan
lingkungan terdapat hu ungan timbal balik, manusia mempengaruhi lingkungannya
begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan tercemar maka manusia akan merasakan
dampaknya. Persoalan lingkungan yang ada hampir selalu ditimbulkan oleh ulah
manusia dan kegiatan produksi yang dilakukannya. Kedua aktivitas ini merupakan
sumber pencemaran lingkungan karena menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan
yang berbahaya yang tidak dapat di daur ulang (Nurhasmawaty, 2004).
Kegiatan
produksi selain menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi juga
menghasilkan limbah, berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah-limbah
tersebut akan menyebabkan pencemaran lingkungan meliputi pencemaran air,
pencemaran udara, dan pencemaran tanah.
Pencemaran
tanah dapat terjadi akibat penggunaan pupuk secara berlebihan, penggunaan
pestisida dan pembuangan limbah yang tidak dapat terurai. Saat ini banyak
dijumpai limbah yang tidak dapat diurai seperti plastik, karet, kaleng, dan
botol, karena manusia cenderung menginginkan kemudahan dan keindahan dalam
hidupnya. Botol minuman dibuat dari kaleng dan plastik agar ringan dan tidak
pecah bila terjatuh. Menjinjing makanan lebih menarik dan bersih dengan kantong
plastik daripada dibungkus dengan daun pisang atau daun jati. Penggantian
bahan-bahan tersebut dari segi ekonomi lebih menguntungkan tetapi jika dilihat
dari dampak lingkungan hal tersebut merugikan karena akan menambah jumlah
limbah yang tidak dapat diurai. Akibatnya pencemaran lingkungan semakin
bertambah (Tejoyuwono, 2006).
Limbah
merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia karena setiap aktifitas manusia
cenderung menghasilkan limbah atau buangan. Jumlah/volume sampah sebanding
dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang/material yang digunakan
sehari-hari. Salah satu limbah yang banyak ditemukan di lingkungan adalah
limbah kaleng. Jika disebutkan satu per satu banyak sekali limbah kaleng yang
dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Proses daur ulang akan
menghemat energi dan eksploitasi sumber daya alam sekaligus mengurangi timbunan
sampah di TPA (Pahlano, 2007).
Selain untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dan timbunan sampah di TPA, proses daur ulang juga dapat menambah
nilai ekonomis dari limbah kaleng terutama recovery dari logam-logam seperti
aluminium, seng, timah, atau besi. Dugaan kuat bahwa beberapa kaleng bekas
mengandung aluminium dengan kadar yang bervariasi, mengingat aluminium
mempunyai sifat tahan korosi, ringan dan mudah di dapat sehingga memungkinkan
untuk dijadikan bahan baku kaleng. Kandungan aluminium dalam kaleng bekas juga
memberi peluang untuk diolah menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas) atau
bahan dalam deodorant. Daya koagulasi tawas yang di dapat akan di bandingkan
dengan tawas dari pasaran dengan metode turbidimetri. Mengingat banyaknya
minuman ringan yang diproduksi dan menggunakan kemasan kaleng serta dampak yang
ditimbulkan terhadap lingkungan, maka diperlukan penelitian terhadap kandungan
aluminium dari beberapa jenis kaleng minuman ringan. Kaleng bekas minuman
ringan yang mengandung aluminium selanjutnya diolah menjadi bahan koagulan
penjernih air (tawas).
II. Metode Penelitian
1. Produksi Gas Hidrogen Untuk Bahan Bakar
Pembuatan
Gas Hidrogen Dari Aluminium Foil
Peralatan
yang disiapkan seperti diantaranya kaleng biskuit, botol bekas sirup, balon,
dan karet. Adapun bahan yang digunakan NaOH, limbah aluminium foil, dan
aquadest.
Diawali dengan mengisi wadah
kaleng biskuit dengan air sampai setengahnya lalu mengisi botol bekasn sirup dengan
larutan NaOH ± 50 mL kemudian memasukkan limbah alumunium foil yang sudah
diremas-remas ke dalam botol sirup lalu menutup botol dengan balon kemudian
merendam botol sirup pada wadah kaleng yang berisi air dan amati balon sampai
menggelembung dan melepaskan balon dari botol dan diikat dengan karet serta
menghitung volume H2 yang dihasilkan.
Pembuatan Storage Hidrogen
Disiapkan
alatan dan bahan seperti diantaranya membran fuel cell, botol bekas, pompa,
balon, neraca analitik, gelas beaker, dan selang, larutan NaOH, aluminium foil,
dan aquadest.
Diawali
dengan melubangi
tutup botol lalu dipasang baut untuk dihubungkan dengan selang, kemudian selang
dihubungkan dengan botol bekas minuman kemudian memasang balon pada tutup botol
yang sudah terhubung dengan selang selanjutnya mengisi gelas beaker dengan air
sampai setengahnya dan mengisi botol bekas dengan larutan NaOH ± 35 mL, lalu
dimasukan kedalam gelas beaker yang berisi air kemudian memasukkan limbah 0,8
gram alumunium foil yang sudah diremas-remas ke dalam botol selanjutnya
mengamati reaksi yang terjadi pada balon, jika reaksi sudah selesai tutup kran
pompa dan hubungkan pada membran dan mengamati energi yang terjadi.
2. Penjernihan Air Dengan Tawas
Pembuatan Tawas Dari Aluminium Foil
Disiapkan
alat dan bahan diantaranya erlenmeyer, gelas ukur, gelas
beaker, corong,
batang pengaduk, neraca analitik, hot plate dan kertas saring,
aluminium foil, larutan KOH 20%, larutan NaOH 20%, larutan H2SO4 dan etanol 70
%.
Diawali dengan menimbang
alumunium foil sebanyak 0,8 gr lalu dimasukkan ke dalam gelas beaker
yang berisi 50 mL KOH 20% kemudian dipanaskan di atas hot plate, kemudian proses
pemanasan dihentikan sampai gelembung-gelembung gas yang terbentuk hilang lalu larutan tersebut
disaring dan didinginkan selanjutnya ditambahkan dengan 30 mL H2SO4
(air aki) sambil diaduk kemudian larutan disaring dan didinginkan di
dalam es, lalu Kristal tawas yang terbentuk dipisahkan dengan corong dan dicuci
dengan 20 mL etanol 70% kemudian endapan dikeringkan, setelah kering
kemudian ditimbang sampai beratnya konstan. Begitu pula dengan cara yang sama
dalam melarutkan alumunium foil dalam NaOH 20%.
Penjernihan Air Dengan Tawas
Pada
praktikum ini menggunuakan peralatan kimia seperti diantaranya tabung reaksi,
gelas ukur, batang pengaduk, dan botol semprot. Adapun bahan yang diperlukan adalah tawas pasaran, tawas hasil percobaan, larutan
FeCl3, air sungai dan Aquadest.
Diawali
dengan mempersiapkan
tawas hasil percobaan dan tawas yang dijual di pasar kemudian ke dalam 2
buah tabung reaksi, dimasukkan 2 mL aquades dan 2 mL larutan FeCl3 selanjutnya
dimasukkan 2 gr tawas yang berbeda tersebut ke dalam masing-masing tabung
reaksi kemudian tabung reaksi dikocok hingga tawas melarut dan didiamkan
selama 30 menit dan diamati perubahan terhadap sampel yang terjadi.
Penjernihan Air Dengan Adsorben
Pada
praktikum ini menggunuakan peralatan kimia seperti diantaranya tabung
reaksi, rak tabung, stirrer, corong, gelas ukur
100 mL, pipet tetes, kaca arloji,
mortal dan alu, neraca analitik, kertas
saring. Adapun bahan yang digunakan adalah larutan FeCl3 100 ppm, zeolit, bata merah, tawas pasar
dan aquades.
Diawali
dengan mempersiapkan 3 buah tabung reaksi, kemudian masing-masing tabung diisi
dengan larutan FeCl3 100 ppm sebanyak 30 mL, lalu menimbang
tawas, zeolit, dan bata merah yang telah dihaluskan masing-masing sebayak 1 gr,
kemudian Tawas,
zeolit, dan bata merah yang ditimbang masing-masing dan dimasukkan ke dalam
tiga buah tabung reaksi yang berbeda dan menghomogenkannya
dengan menggunakan stirrer lalu didiamkan selama 30 menit kemudian menyaring
masing-masing larutan FeCl3 tersebut, dan dibandingkan kejernihan
dari larutan yang didapat.
III.
Hasil
dan Pembahasan
1. Produksi Gas Hidrogen Untuk Bahan Bakar
Pembuatan
Gas Hidrogen Dari Aluminium Foil
Hidrogen dapat dibuat
atau diperoleh dengan mereaksikan logam-logam dengan asam kuat yang dapat
berupa H2SO4 dan
dengan logam aluminium yangdireaksikan
dengan basa kuat berupa NaOH. Pada praktikum kali ini, pembuatan gas hidrogen
dilakukan dengan menggunakan NaOH dan limbah alumunium foil, dimana NaOH
bertindak sebagai katalis yang mempercepat reaksi. Aluminium merupakan logam
yang berwarna putih abu-abu (silver) yang
melebur pada 659 oC, dan bila terkena udara akan
teroksidasi pada permukaannya. Pembentukan hidrogen ini terjadi menurut
persamaan :
2 Al + 6 H2O
→ 2 Al(OH)3 + 3 H2 ↑
Percobaan pertama dilakukan
untuk mengetahui jumlah hidrogen yang dihasilkan dari reaksi alumunium foil
dengan massa yang berbeda yaitu 0,1 gr; 0,2 gr; 0,4 gr; dan 0,8 gr dengan 50 mL
larutan NaOH IM di dalam botol. Untuk dapat menghitung volume dari gas hidrogen
yang dihasilkan dipasang balon pada tutup botol. Ketika alumunium foil mulai
bereaksi dengan NaOH akan terbentuk gelembung gas yang merupakan gas H2,
gas ini kemudian menguap, dan uapnya tertampung pada balon. Dari empat
percobaan gas H2 paling banyak dihasilkan pada reaksi 0,8 gr
alumunium foil dengan NaOH yaitu sebanyak 0.8953 L, sedangkan pada massa 0,1
gr; 0,2 gr; dan 0,4 gr volume hidrogen yang dihasilkan masing-masing adalah
0.2052 L , 0.0899 L, 7.98x10-3 L.
Grafik 1. Jumlah gas yang
dihasilkan pada reaksi aluminium foil dengan NaOH
Semakin banyak
alumunium foil yang ditambahkan, semakin banyak jumlah gas hidrogen yang
dihasilkan. Gas hidrogen adalah gas yang mudah terbakar jika kontak dengan
panas, untuk menguji adanya gas hidrogen, dapat dilakukan dengan membakar ujung
balon dengan bantuan tissue dan alkohol.
Pembuatan Storage Hidrogen
Percobaan kedua adalah merancang alat untuk penyimpanan gas
hidrogen. Gas
hidrogen merupakan
gas yang sangat reaktif bahkan pada konsentrasi 4-74%, gas hidrogen membentuk
campuran eksplosif dengan udara. Campuran tersebut akan spontan meledak karena
dipicu oleh api, panas atau sinar matahari. Beberapa cara untuk dapat menyimpan
gas hidrogen dapat dilakukan pada tangki bertekanan tinggi. Selain itu dapat
digunakan tangki hidrogen cair, pada
teknologi ini, gas hidrogen dicairkan pada suhu yang sangat rendah. Pada
tekanan 1 atm, dibutuhkan temperatur hingga 22 K. Energi untuk mendinginkan
hidrogen cukup energi yang besar, hingga mencapai 1/3 dari energi yang
disimpan. Cara lainnya dengan menggunakan logam/alloy dengan karakteristik
menyerupai sponge yang
dapat menyerap hidrogen. Hidrogen akan terabsorpsi pada ruang interstitial pada
kisi kristal logam sehingga hidrogen tidak mudah terbakar dan lebih aman.
Gas hidrogen dihasilkan dari reaksi antara aluminium foil
dengan NaOH. Untuk mengidentifikasi dan memastikan telah dihasilkan hidrogen
dalam reaksi yaitu dengan mengujicobakannya pada sebuah reaktor dengan
menghubungkan balon (tampungan gas hidrogen) pada membran pada reaktor.
Hasil akhirnya adalah kipas pada membran dapat berputar, begitupun lampu pada
membran dapat menyala dengan baik dengan voltase sebesar 645 V. Hal ini
membuktikan bahwa hidrogen dapat dijadikan sebagai sumber pembangkit listrik
yang baik karena limbah yang dihasilkan hanya berupa air.
2. Penjernihan Air Dengan Tawas
Pembuatan Tawas Dari Aluminium Foil
Pembuatan tawas
dapat dilakukan dengan mereaksikan aluminium foil dengan KOH 20% dan NaOH 20%.
Penggunaan dua buah larutan ini dimaksudkan untuk mengetahui larutan yang lebih
cocok digunakan untuk pembuatan tawas. Tawas dihasilkan dengan mereaksikan logam aluminium (Al)
dalam larutan basa kuat dan akan larut membentuk aluminat dan menghasilkan gas
hidrogen. Proses melarutkan ini dibantu dengan adanya panas untuk mempercepat
reaksi, dikarenakan dalam reaksi ini dihasilkan gas hidrogen yang ditandai
dengan adanya gelembung-gelembung udara, pemanasan juga bertujuan untuk membuat
gelembung-gelembung tersebut menghilang. Larutan aluminat kemudian dinetralkan
dengan menggunakan asam sulfat, dalam hal ini digunakan air aki. Reaksi ini
akan membentuk endapan putih dari Al(OH)3. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan
agar seluruh senyawa K[Al(OH)4] dapat bereaksi sempurna. Al(OH)3 yang
terbentuk langsung bereaksi dengan H2SO4 dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :
2
Al(OH)3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 +
6 H2O
Filtrat yang dihasilkan disaring untuk menghilangkan
pengotor-pengotornya kemudian filtrat tersebut didinginkan dalam es bertujuan
untuk mempercepat pembentukan kristal tawas kemudian dicuci dengan menggunakan
etanol 70% yang berfungsi untuk menyerap kelebihan air dan mempercepat
pengeringan. Jumlah kristal tawas yang diperoleh adalah sebesar 8,749 gr yang
dihasilkan dari reaksi antara alumunium foil dengan KOH 20%, sedangkan reaksi
antara alumunium foil dengan NaOH 20% tidak menghasilkan kristal tawas, yang
disebabkan oleh konsentrasi dari NaOH yang rendah sehingga reaksi pembentukan
kristal berlangsung lambat.
Penjernihan Air Dengan Tawas
Tawas yang dihasilkan dari percobaan sebelumnya dilakukan
pengujian untuk mengetahui tawas yang dihasilkan dapat menjernihkan air kotor
yang berasal dari danau. Tawas yang digunakan untuk menjernihkan air adalah
salah satu contoh dari koagulasi dalam koloid. Koagulasi adalah proses penambahan
bahan kimia atau koagulan kedalam air limbah yang bertujuan untuk mengurangi
daya tolak menolak antar partikel koloid, sehingga partikel-partikel tersebut
dapat bergabung menjadi flok-flok kecil. Tawas ditambahkan ke dalam air
sehingga menyebabkan partikel-partikel tersuspensi akan mengendap dan kemudian
air dapat diolah lebih lanjut.
Pada percobaan menggunakan dua buah tabung reaksi dengan
massa tawas masing-masing tabung 1 gr (A) dan 2 gr (B). Pada tabung B terjadi
perubahan dengan terbentuknya endapan pengotor berwarna hijau dan warna dari
air danau yang dijernihkan tidak mengalami perubahan. Sedangkan pada tabung
reaksi A, tidak terjadi perubahan apapun. Untuk dapat menjernihkan air yang
kotor, jumlah tawas yang digunakan haruslah sesuai dengan debet air yang
digunakan agar tawas mampu mengendapkan kotoran yang ada pada sampel.
Penjernihan Air Dengan Adsorben
Percobaan
selanjutnya dilakukan percobaan untuk membandingkan penggunaan adsorben yang
baik untuk penjernihan larutan berwarna seperti FeCl3. Larutan FeCl3 yang
digunakan dibuat dengan konsentrasi 100 ppm, pada konsentrasi ini larutan FeCl3 akan
berwarna kuning, kemudian ditambahkan adsorben zeolit, tawas pasar, dan batu
bata untuk mengetahui adsorben yang baik digunakan untuk menyerap zat warna
pada larutan FeCl3.
Adsorben
|
Jumlah Yang Dipakai
|
Keterangan
|
||
Jernih
|
Sangat Jernih
|
Keruh
|
||
Tawas
|
1 gr
|
ü
|
||
Zeolit
|
1 gr
|
ü
|
||
Batu Bata
|
1 gr
|
ü
|
Tabel
1. Uji Daya Serap Adsorben Untuk Menjernihkan Air
Percobaan
pertama adalah menggunakan tawas sebanyak 1 gr yang dimasukkan ke dalam 30 mL
larutan FeCl3. Hasil percobaan didapatkan bahwa pada penggunaan
tawas setelah dihomogenkan dengan larutan, zat warna yang terserap hanya
sedikit sehingga tidak mampu menjernihkan larutan. Hal ini disebabkan karena
untuk dapat menjernihkan suatu zat yang kotor menggunakan tawas diperlukan
jumlah yang lebih banyak dan waktu yang cukup lama agar larutan menjadi jernih.
Pada
penggunaan zeolit dan batu bata, kekeruhan larutan dapat dihilangkan. Ini
disebabkan karena zeolit memiliki sifat sebagai adsorben dan penyaring
molekul, yang dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga, sehingga
zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau
sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah
terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas
adsorpsi yang tinggi. Pad percobaan, penyerapan zat warna oleh zeolit
berlangsung dengan sangat cepat, sedangkan pada penggunaan batu bata dibutuhkan
waktu untuk menjernihkan larutan.
3.
Kesimpulan
Alumunium
foil dapat digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi gas hidrogen maupun
untuk pembuatan tawas untuk penjernihan air. Berdasarkan percobaan didapatkan
data sebagai berikut:
1. Gas hidrogen dihasilkan dari reaksi
aluminium foil dengan basa kuat NaOH dengan penggunaan massa aluminium foil 0,1
gr, 0,2 gr, 0,4 gr, dan 0,8 gr. Produksi gas hidrogen paling banyak adalah
dengan penggunaan aluminium foil 0,8 gr dihasilkan volume gas hidrogen sebesar 0.8953 L.
2. Pembuatan alat penyimpanan untuk menampung gas hidrogen yang
dihubungkan dengan reaktor dan membran
untuk menguji daya hantar hidrogen dalam menghasilkan listrik dihasilkan kipas
pada membran dapat berputar dan lampu pada membran dapat menyala dengan baik
dengan voltase sebesar 6,45 V.
3. Pembuatan tawas dengan merekasikan
aluminium foil dengan larutan NaOH 20% dan KOH 20% dihasilkan bahwa tawas
terbentuk pada reaksi aluminium dengan KOH, tawas yang dihasilkan adalah 8,749
gr
4. Tawas hasil percobaan dapat
digunakan sebagai penjernih air, dengan perbandingan massa tawas:volume air
adalah 1:5
5. Uji daya serap zat dengan
menggunakan adsorben berupa tawas, batu bata, dan zeolit dihasilkan bahwa
zeolit dan batu bata mampu menjernihkan FeCl3 sedangkan tawas tidak
mampu menjernihkan FeCl3
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin,
Zaenal. 2012. Perkembangan Produksi Hydrogen Fuel. Surabaya: Institut
Teknologi Sepiluh November
Anonim.
2009. Proses Pembuatan Alum (Tawas). http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/proses-pembuatan-alum-tawas.htmldiakses
pada 2 Oktober 2013
Anonim.
2011. Pembuatan Tawas Dari Alumunium Foil. http://tulananda.wordpress.com/2011/10/20/pembuatan-tawas-dari-alumunium-foil/ diakses
pada 2 Oktober 2013
Anonim.
2011. Proses Penjernihan Air. http://chemistryaddict.wordpress.com/2011/10/12/proses-penjernihan-air/ diakses
pada 10 Oktober 2013
Anonim.
2012. Adsorpsi Dengan Zeolit, Arang Kasar, Arang Halus, dan Batu Bata. http://se-nyum.blogspot.com/2012/09/adsorpsi-dengan-zeolit-arang-kasar_691.html diakses
pada 20 Oktober 2013
Anonim.
2013. Cara Kerja dan Aplikasi Sel Bahan Bakar Hidrogen, Bahan, Prinsip,
Pengertian, Contoh. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/03/cara-kerja-dan-aplikasi-sel-bahan-bakar-hidrogen-bahan-prinsip-contoh.html (diakses
pada Rabu, 25 September 2013 pukul 21.00 WIB )
Anwar,
Tauhid. 2012. Manfaat Tawas. http://tauhid-anwar.blogspot.com/2012/10/manfaat-tawas.html diakses
pada 10 Oktober 2013
Chang,
Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2.
Jakarta : Erlangga
Gustian,
Irfan dan Totok E.S. 2005. Studi Penurunan Salinitas Air Dengan Menggunakan
Zeolit Alam Yang Berasal Dari Bengkulu. Bengkulu: Universitas Bengkulu
Oemry,
Achiar dan Imam Djunaedi. 2010. Sistem Monitoring Pembangkit Listrik Hibrit
Sel Surya, Turbin Angin, Fuel Cell Berbasis Hidrogen. Lampung:Universitas
Lampung
Putra,
Sinly Evan. 2007. Zeolit Sebagai Mineral Serba Guna. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/zeolit_sebagai_mineral_serba_guna/ diakses
pada 20 Oktober 2013
Vogel.
2005. Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian 1 Edisi ke Lima. Jakarta :
PT. Kalman Media Pustaka
Wasni.
2011. Laporan Praktikum Kimia Anorganik Hidrogen. Padang: Universitas
Negeri Padang
0 komentar:
Posting Komentar